ANGKA 0
Berabad-abad setelah itu eropa masih belum mengenal angka 0, hingga
datang pedagang-pedagang arab yang membawa teks Braghmagupta dan
mengenalkan angka nol pada masyarakat eropa. Nol, mencapai Baghdad
sekitar 773 Masehi dan dikembangkan Matematikawan Arab berdasarkan
sistem yang telah dipakai di India. Pada abad ke sembilan, Mohammed ibn-Musa al-Khowarizmi adalah orang pertama yang mengenalkan persamaan setara nol, atau yang lebih dikenal sebagai aljabar. Dia juga mengembangkan metode cepat untuk mengalikan dan membagi angka yang dikenal sebagai algoritma (dimabil dari namanya al-Khowarizmi)
Pada 879 Masehi, nol ditulis hampir seperti yang kita kenal sekarang,
oval (tetapi ditulis lebih kecil dari angka lainnya). Dan berkat
penaklukan Spanyol oleh bangsa Moor, nol akhirnya mencapai Eropa, pada
pertengahan abad kedua belas, terjemahan karya Al-Khowarizmi melalang
buana hingga ke Inggris.
Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak Aljabar memperkenalkan bilangan nol
(0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah angka nol Konsep
bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang
pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan
nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga
pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan
beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila
dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila
dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta menemui
kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika berhadapan dengan
pembagian oleh bilangan no,l “sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah
tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi, hal ini tetap
harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Nol diciptakan secara mandiri oleh bangsa Babelonia, Maya dan India
(beberapa peneliti meyakini, sistem bilangan India dipengaruhi sistem
bilangan Babel). Orang-orang Babel mendapatkan sistem nomer mereka dari
Sumeria, orang pertama didunia yang mengembangkan ilmu perhitungan.
Dikembangkan antara 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, sistem Sumeria
adalah posisi – nilai simbol tergantung pada posisinya relatif terhadap
simbol-simbol lainnya. Robert Kaplan, penulis “The Nothing That is: A
Natural History of Zero” mengira bahwa nenek moyang nol mungkin sepasang
pasak miring yang digunakan untuk mewakili kolom nomor kosong. Namun,
Charles Seife, penulis “Zero: The Biography of a Dangerous Idea,” tidak
setuju bahwa “pasak” tersebut mewakili nol.
Sumeria adalah bangsa pertama yang mengembangkan
sebuah sistem penghitungan untuk mencatat harta kekayaan mereka (barang –
sapi, kuda, keledai dsb). Sistem Sumeria adalah posisi, yaitu,
penempatan simbol tertentu relatif terhadap yang lain dilambangkan
nilainya. Sistem Sumeria berkembang hingga ke Akkadians sekitar 2500 SM
dan kemudian ke Babelonia pada tahun 2000 SM. Babel adalah yang pertama
kali menggunakan “tanda” nomor absen dari kolom, seperti 0 pada 1025.
Pada masa ini, belum dikenal jumlah ratusan. Meskipun nol pada masa
Babel adalah leluhur angka 0, namun merupakan awal yang baik dan masih
berabad-abad lagi sebelum simbol seperti yang kita kenal saat ini.
Para matematikawan terkenal dikalangan orang-orang Yunani Kuno,
mempelajari dasar-dasar matematika mereka dari Mesir, tidak memiliki
nama untuk nol. Mereka mungkin telah merenungkan hal itu, tetapi tidak
ada bukti ada simbol yang digunakan untuk placeholder layaknya angka 0 .
Faktanya, angka 0 adalah hasil dari
perkembangan ilmu matematika yang telah melalui masa berabad-abad
lamanya. 0 ( Nol ) adalah angka keramat, angka yang menjadi salah satu
penemuan terbesar ilmu pengetahuan. Angka 0, ditemukan sekitar abad ke
lima. Matematikawan sebelumnya berjuang ektra keras untuk perhitungan
sedernana, hari ini angka 0 mewakili konsep tidak adanya kuantitas,mampu
menjawab persamaan linear yang rumit dengan cara jauh lebih mudah dan
cepat. Angka 0 adalah juga cikal bakal komputer diciptakan, tidak ada
angka 0 tidak ada pula komputer.
Fungsi angka 0 adalah sebagai placeholder “penanda” posisi angka, ketika
kita menyebut seratus, maka yang ada dipikiran kita adalah dua nol
dibelakang angka satu (100). Seribu, ratus bibu, juta maka yang
terlintas adalah jumlah angka nol. Kehilangan satu angka 0 adalah
kelihangan besar dalam penjumlahan.
Menambah, mengurangkan, dan mengalikan dengan nol adalah operasi yang
relatif sederhana. Namun pembagian dengan nol telah telah membuat
puyeng matematikawan jaman dulu. Berapa kali nol kah sama dengan
sepuluh? Atau, berapa banyak tidak ada apel masuk ke dua buah apel?
Jawabannya adalah tak tentu, tetapi konsep ini adalah kunci kalkulus.
Misalnya, ketika kita berkendara, kecepatan mobil tidak pernah
konstan (lampu merah, kemacetan lalu lintas, dan kecepatan yang berbeda
membuat semua mobil untuk mempercepat atau memperlambat). Tapi bagaimana
seseorang menemukan kecepatan mobil pada satu saat tertentu? Di sinilah
nol dan kalkulus memecahkan masalah tersebut.
Jika Anda ingin tahu kecepatan Anda pada suatu saat tertentu, Anda
harus mengukur perubahan kecepatan yang terjadi selama periode waktu
tertentu. Dengan membuat periode set yang lebih kecil dan lebih kecil,
Anda cukup bisa memperkirakan kecepatan pada saat itu. Akibatnya, ketika
Anda membuat perubahan dalam waktu nol pendekatan, rasio perubahan
kecepatan terhadap perubahan waktu menjadi mirip dengan beberapa nomor
di atas nol (masalah yang mungkin sama dan membuat bingun Brahmagupta).
Coba lihat rumus mencari kecepatan rata-rata.
Pada 1600-an, Newton dan Leibniz memecahkan masalah ini secara
independen dan membuka dunia untuk kemungkinan yang luar biasa. Tanpa
angka 0, kita mungkin tidak akan memiliki ilmu-ilmu akutansi, fisika,
kimia, komputer dan ilmu lain yang spektakuler saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar